Mempersiapkan Ruangan Terbaik untuk Bekerja dan Sekolah di Era New Normal


Kekhawatiran masih meliputi sebagian besar orang untuk kembali bekerja atau melepas anak-anak untuk kembali ke sekolah. Di saat yang sama, tidak mungkin semua orang bisa tetap berada di rumah dan mau tidak mau, harus menghadapi realita saat ini yang sudah dipersiapkan sebagai “New Normal Era”. Kebiasaan yang sudah berjalan dalam beberapa bulan seperti memakai masker, rutin mencuci tangan, menjaga kebersihan dan menjaga jarak sosial merupakan hal-hal yang harus terus dilakukan sepanjang pandemi COVID-19 belum dinyatakan selesai.

Selain itu, kondisi ruangan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan bekerja atau mengajar juga perlu mendapat perhatian untuk meminimalisir terjadinya penularan di dalam ruang tertutup. Sebaiknya ruangan tersebut memiliki ventilasi yang baik yang tidak tergantung pada pendingin ruangan. Penularan COVID-19 salah satunya dapat terjadi melalui droplet atau tetesan kecil yang mengandung virus yang keluar dari saluran pernafasan baik hidung atau mulut seseorang yang positif SARS-CoV-2. Untuk menghindari kontak dari satu orang ke orang lain maka pemakaian masker merupakan suatu keharusan. Selain itu, meskipun memakai masker, tidak semua droplet dapat tertahan, sehingga ventilasi ruangan yang baik akan sangat membantu menghilangkan droplet berukuran mikro untuk segera menghilang dari dalam ruangan. Dalam hal ini, ventilasi yang buruk, termasuk di dalam ruangan berpendingin tidak direkomendasikan untuk kegiatan komunal yang melibatkan banyak orang. Selain mempertahankan droplet untuk tetap berada di ruangan, pendingin ruangan memungkinkan virus untuk tetap bertahan hidup pada suhu sejuk dengan kelembaban yang lebih rendah.

Ruangan Terbuka atau Memiliki Ventilasi yang Baik

Ruangan terbuka, dengan tetap menjaga jarak, merupakan kondisi terbaik jika harus mengumpulkan banyak orang. Beberapa sekolah menerapkan konsep sekolah alam dan menggunakan ruangan tanpa jendela dan daun pintu. Ruangan ini memiliki ventilasi yang baik karena memungkinkan udara luar untuk dapat masuk ke ruangan. Meskipun demikian, konsep sekolah alam biasanya tidak dilengkapi dengan meja dan kursi layaknya sekolah pada umumnya sehingga perlu perhatian khusus untuk dapat menerapkan physical distancing. Sekolah-sekolah yang lain bisa jadi dilengkapi dengan pintu dan jendela yang lebar sehingga memungkinkan pertukaran udara yang baik dan disarankan untuk membuka jendela saat kegiatan sekolah berlangsung. Selain itu, saat ini banyak juga sekolah yang telah dilengkapi dengan pendingin ruangan. Perhatian khusus diperlukan untuk tidak menyalakan pendingin ruangan secara terus-menerus dan sesekali membuka pintu dan jendela untuk memperbaiki kualitas udara ruangan.

sekolah alam

Gambar 1. Salah satu sekolah berkonsep sekolah alam (Koleksi foto pribadi).

kelas di jepang

Gambar 2. Suasana ruang kelas pada umumnya di SD negeri di Jepang. (sumber: http://selftaughtjapanese.com/2018/08/08/japan-trip-2018-tokyo-hokkaido-part-7/).

 

Menurut standar WHO, ruangan untuk perawatan pasien dengan pennyakit infeksi seyogyanya memiliki tekanan negatif dan memiliki sirkulasi udara yang baik, minimal 12 kali pertukaran udara dalam 1 jam. Standar ini juga diterapkan di Rumah Sakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso di mana udara ruangan dihisap masuk ke dalam filter khusus dan dipaparkan pada sinar UV untuk membunuh mikroorganisme patogen. Ruangan yang terbuka atau memiliki ventilasi yang baik pada tempat kerja dan sekolah juga bermanfaat untuk memungkinkan pergantian udara secara kontinyu dan mempertahankan kualitas udara yang baik. Sebuah studi menunjukkan bahwa rumah sakit dengan sistem ventilasi alami dengan sirkulasi udara yang baik mendukung percepatan kesembuhan pasien SARS di China, Hongkong dan Vietnam.

 

Ruangan yang Luas

Ruangan yang luas memungkinkan untuk physical distancing dan mengurangi resiko kontak antar orang. Beberapa tempat kerja memungkinkan untuk menyediakan ruang kerja yang terpisah antar pegawainya. Kondisi ini tentu lebih baik daripada ruang kerja bersama terlebih yang tidak dilengkapi dengan penyekat. Meskipun demikian, ketika harus bekerja di ruangan bersama, ada baiknya untuk mengurangi frekuensi berbicara dan tetap menjaga jarak. Demikian juga penggunaan pantri pada saat yang bersamaan sebaiknya dihindari. Jika memungkinkan untuk bekerja dalam shift (sistem giliran) atau mengurangi jam kerja, akan lebih baik terutama pada tempat kerja yang tidak memiliki ruangan pribadi.

 

Memungkinkan Masuknya Sinar Matahari

Apakah sinar matahari dapat melemahkan virus SARS-CoV-2, hal ini memang masih menjadi perdebatan. Akan tetapi, ini adalah salah satu potensi yang dimiliki negara tropis untuk menangani wabah virus. Hingga saat ini, belum ada studi klinis yang menunjukkan bahwa sinar matahari tidak bermanfaat sama sekali dalam penanganan COVID-19. Sinar matahari, bagaimanapun memiliki kekuatan sebagai antimikroba, meskipun sinar UVC yang terkuat sebagai antimikroba telah difilter oleh lapisan ozon. Kembali pada sejarah, sinar matahari dimanfaatkan untuk penyembuhan pasien TBC dengan memaparkannya pada sinar matahari, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Sinar matahari langsung juga bermanfaat untuk penyembuhan luka terbuka. Selain itu, dengan masuknya sinar matahari, ruangan akan lebih sehat dan tidak lembab, serta mempercepat keringnya droplet yang terdapat dalam ruangan.

SD Shikanoodai

Gambar 3. SD Shikanodai, Ikoma, Jepang (tampak depan). Bagian sekolah yang menghadap luar memiliki pintu dan jendela kaca, sebagai ventilasi dan masuknya sinar matahari. (Koleksi foto pribadi).

Ruangan Kecil dengan Ventilasi dan Sirkulasi Udara yang Baik

Menghadapi Era New Normal ini, kembali bekerja dan belajar di luar rumah merupakan tantangan yang harus dihadapi. Percepatan Indonesia untuk lulus dalam menjalani kebiasaan Era New Normal ini, akan disadari, membawa Indonesia pada kebiasaan negara maju di mana kebiasaan menjaga kebersihan, memakai masker, dan menjaga jarak merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diteladani dalam kebiasaan Era New Normal yang sudah berjalan normal dalam kehidupan hariannya. Selain itu, kebutuhan akan ruangan dengan ventilasi dan sirkulasi udara yang baik sudah menjadi bagian dalam arsitektur bangunan secara umum. Misalnya adalah apartemen di Jepang yang super kecil, memanfaatkan pintu geser berbahan kaca yang sekaligus berfungsi sebagai jendela. Banyak dijumpai di Jepang, desain bangunan yang minimalis dengan pintu dan jendela kaca yang lebar yang memungkinkan ventilasi udara yang baik sekaligus masuknya sinar matahari. Selain itu, pada fasilitas umum di Jepang, pintu utama biasanya menggunakan sensor yang bisa terbuka dan tertutup secara otomatis. Toiletnya pun dilengkapi dengan hand sanitizer dan desinfectant untuk membersihkan toilet sebelum dan setelah digunakan. Perbaikan konsep bangunan di Indonesia, baik pada rumah, sekolah, tempat kerja, maupun rumah sakit dan fasilitas umum lainnya, mungkin bisa menjadi bagian penting dalam penanganan pandemi COVID-19 maupun pandemi yang akan terjadi di masa datang.

apato single

Gambar. Salah satu kamar apartemen di Nara Institute of Science and Technology (NAIST),  Jepang. Kecil tetapi memiliki ventilasi yang baik dan memungkinkan masuknya sinar matahari. (sumber: http://vsp.naist.jp/?cat=70&lang=en)

 

 

 

Leave a comment